Pagi itu, grup WhatsApp yang biasanya ramai dengan diskusi pendidikan dan informasi sekolah mendadak hening sejenak. Kabar duka tiba-tiba datang, menyelimuti suasana hati semua anggota grup dengan kesedihan.
Herpratiwi Hepi:
"Innalillahi wa innaillahirojiun telah meninggal dunia Bapak KUMPUL HARIANTO bin AHMAD MUSO, orang tua dari Ibu TRI WINARSI, Kepala SMAN 3 Bandar Lampung. Semoga almarhum husnul khotimah, diampuni segala dosa-dosanya, dan diterima semua amal ibadahnya. Keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan keikhlasan. Aamiin."
Berita duka tersebut segera menyebar di grup, diikuti dengan ungkapan belasungkawa dari rekan-rekan sejawat.
Herpratiwi Hepi:
"Assalamualaikum. Berita duka ibu dan bpk 🙏🙏"
Beberapa detik kemudian, pesan-pesan belasungkawa lainnya menyusul.
Muhamad Khotib, M. Pd.:
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Turut berduka cita. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni semua dosa-dosanya. Aamiin."
Mas UML:
"_Innalillahi wa inna ilaihi rojiun_. Turut berduka cita atas wafatnya Bapak Kumpul Harianto bin Ahmad Muso, ayahanda dari Ibu Tri Winarsi. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni segala dosanya. _Aamiin ya robbal alamin_."
Dr. Pujiati M. Pd.:
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Turut berduka cita. Semoga almarhum husnul khotimah, dan untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kekuatan dan ketabahan. Aamiin."
Viyanti:
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Turut berduka cita. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni semua dosa-dosanya. Aamiin."
Kata-kata itu terpampang di layar ponsel, membentuk lautan simpati dan doa. Meskipun tak semua dari mereka mengenal almarhum secara pribadi, namun rasa kehilangan terasa nyata dan mendalam.
Herpratiwi dan Khotib yang kebetulan sedang bersama, merasa tergugah dengan berita tersebut. Mereka mengenal Ibu Tri Winarsi sebagai sosok yang tegas namun sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan di sekolah mereka. Kesedihan yang dirasakan oleh Ibu Tri tentunya juga dirasakan oleh seluruh komunitas sekolah.
Setelah membaca pesan-pesan belasungkawa tersebut, Herpratiwi menghela napas panjang, merasakan getaran emosi yang memenuhi ruangan.
Herpratiwi: "Berat sekali rasanya, Khotib. Kehilangan orang tua pasti sangat sulit bagi Bu Tri."
Khotib: "Iya, Bu Her. Mari kita doakan yang terbaik untuk almarhum dan keluarga yang ditinggalkan. Semoga Bu Tri diberi kekuatan dan ketabahan."
Keduanya lalu menundukkan kepala, berdoa dengan khusyuk. Doa yang mereka panjatkan bukan sekadar kata-kata, melainkan ungkapan tulus dari hati yang turut merasakan duka. Mereka juga berjanji dalam hati untuk memberikan dukungan moral kepada Bu Tri Winarsi dan keluarganya di masa-masa sulit ini.
Informasi selengkapnya klik >>> https://www.kompasiana.com/mr10646/6687fce1c925c453c710f692/selamat-jalan-bapak-kumpul-harianto